Senin, 09 Desember 2013

“HAKIKAT MATEMATIKA, IPA DAN NILAI-NILAI IPA SERTA KETERBATASAN IPA “

                                                                         BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Pengetahuan adalah suatu bentuk wawasan yang tidak membutuhkan bukti akan kebenarannya. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari bahwa bagaimana cara memasak merupakan bentuk dari pengetahuan kita, sedangkan ilmu pengetahuan adalah suatu wawasan atau pengetahuan yang memerlukan bukti secara ilmiah. Contoh dari ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari adalah bagaimana cara pembutan mikroskop. Pembutan mikroskop ini membutuhkan penelitian secara ilmiah. ilmu pengetahuan ini dibedakan menjadi dua yaitu ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala yang ada di alam. Dalam pembahasan ini kita akan membahas matematika dan ilmu pengetahuan alam yang keduanya sering disebut dengan nama MIPA. Matematika dan IPA merupakan ilmu dasar yang mempunyai keterikatan sangat erat. Hal ini dikarenakan IPA tidak akan berkembang tanpa adanya matematika begitu pula sebaliknya. Matematika dan IPA berperan penting dalam memajukan dunia teknologi. MIPA dalam kehidupan memiliki dampak yang baik dan buruk. Oleh karena itu sebagai manusia kita harus mengetahui hakekat MIPA yang baik agar tidak terjadi penyalahan dalam praktek MIPA di dalam kehidupan sehari-hari.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    HAKIKAT MATEMATIKA
1.      Pengertian Matematika
            Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi. (Nasution, 1980: )
Kata matematika berasal dari perkataan latin matematika yang mulanya diambil dari perkataan yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan dan ilmu (knowledge, science). Kata matheimatike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). 
 Di antara para ahli matematika belum ada kesepakatan yang bulat untuk memberikan jawaban tentang definisi matematika. Meskipun demikian, kita akan mencoba melihat beberapa pandangan para ahali matematika menegenai matematika itu dan sekaligus tentang telaahan dari matematika itu sendiri. Hal ini akan memberikan gambaran tentang hakekat matematika termasuk cara pencarian kebenaran dan cara berpikir matemetik.
Menurut kline (1973):
 bahwa matematika itu bukan pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Menurut Jhonson dan Rising (1972):
matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya adalah dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan, sifat-sifat atau teori-teori itu dianut secara deduktif  berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, aksioma-aksioma, sifat-sifat atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya;matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya. Jadi jelas, bahwa matematika adalah ilmu deduktif.

Menurut Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins (Erman Suherman, 2001)
menyebutkan bahwa, matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.

Menurut Mustafa (Tri Wijayanti, 2011):
menyebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang kuantitas, bentuk, susunan, dan ukuran, yang utama adalah metode dan proses untuk menemukan dengan konsep yang tepat dan lambang yang konsisten, sifat dan hubungan antara jumlah dan ukuran, baik secara abstrak, matematika murni atau dalam keterkaitan manfaat pada matematika terapan.

Menurut Elea Tinggih (Erman Suherman, 2001):
matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperiment disamping penalaran.

Menurut James dan James (Erman Suherman, 2001):
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah. yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Namun ada pula kelompok lain yang beranggapan bahwa matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu sendiri. Ilmu adalah untuk ilmu, dan matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk kepentingan sendiri. Matematika adalah ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, dan ketat.

Menurut Asep Jihad (Destiana Vidya Prastiwi, 2011: 33-34):
dapat diidentifikasi bahwa matematika jelas berbeda dengan mata pelajaran lain dalam beberapa hal berikut, yaitu :
a.objek pembicaraannya abstrak, sekalipun dalam pengajaran di sekolah anak diajarkan benda kongkrit, siswa tetap didorong untuk melakukan abstraksi;
b.pembahasan mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa pengertian dibuat sekoefisien mungkin, pengertian lain harus dijelaskankebenarannya dengan tata nalar yang logis;
c.pengertian/konsep atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehingga terjaga  konsistennya;
d. melibatkan perhitungan (operasi);
e.dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat.

1.       Matematika adalah ilmu tentang struktur

Suatu kebenaran dalam matematika dikembangkan berdasarkan alasan logis. Namun cara kerja  matematika terdiri dari observasi, menebak dan merasa., menguji hipotesa, mencari analogi, dan sebagainya. Matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan berkembang ke unsur-unsur pendidikan terus ke aksioma atau postulat sampai ke dalil-dalil.
Unsur-unsur yang tidak didefinisikan merupakan unsur dasar dalam komunikasi matematika, misalnya titik, bidang, himpunan, elemen, bilangan dan sebagainya. Unsur-unsur yang tidak di definisikan ini eksistensinya diakui ada, tetapi susah untuk dapat dinyatakan dengan suatu kalimat yang tepat, karena unsurnya yang tidak didefinisikan ini kadang-kadang disebut unsur primitif (undefined). Tanpa adanya pemikiran semacam ini matematika tidak akan terwujud.
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dapat dikembangkan menjadi unsur-unsur lainnya yang dapat didefinisikan, dan unsur ini terbentuk jelas karena adanya unsur-unsur yang tak didefinisikan.
Dari unsur-unsur yang tidak didefiniskan, unsur-unsur yang didefinisikan dan aksioma-aksioma terbentuklah dalil-dalil atau teori-teori yang kebenarannya berlaku secara umum dan kebenarannya tersebut dapat dibuktikan secara deduktif. Jadi jelas bahwa walaupun matematika itu disusun, berkembang dan ditemukan secara induktif dari observasi, coba-coba, eksperimen, dan sebaginya, namun begitu pola atau dalil ditemukan maka kebenrannya harus dibuktikan secara umum atau secara deduktif.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat diagram berikut:

Unsur-unsur yang tidak didefinisikan
 
Unsur-unsur yang didefinisikan

 
Aksioma/ postulat
 
Dalil-dalil atau teorema
 
 








2.       Matematika adalah ilmu Deduktif

Metode mencari kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah metode deduktif, sedangkan oleh ilmu pengetahuan ala adalh metode induktif atau eksperimen. Namun menacari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi setetrusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif. Dalam matematika, suatu generalisasi,sifat,teori atau dalil itu belum dapat diterima kebenarnnya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.
Sebagai contoh dalam ilmu fisiska, bila dengan percobaannnya seseorang telah berhasil menunjukkan kepada kita bahwa ketika ia mengambil sebatang logam kemudian dipanaskan dan memuai, kemudian sebatang logam dipanskan dan memeuai lagi, dan seterusnya. Mengambil contoh bebebrapa jenis logam lainnya dn ternyata selalu memeuai jika dipanaskan, maka ia dapat membuat kesimpulan atau generalisasi setiap logam yang dipaskan itu memuai. Generalisasi yang dibuat secara induktif itu dalam ilmu fisika dibenarkan.

3.       Matematika adalah ilmu tentang Pola dan Hubungan

Matematika disebut ilmu tentang pola atau hubungan, karena dalam matematik akita sering mencari keseragaman supaya generalisasinya dapt dibuat. Dalam mencari pola dan hubungann itu kita perlu memperhatikan keteraturan, keterururtan,keterkaitan(hubungannya), kecenderungannya (menebak,menduga),sehingga kita dapatkan polanya atau modelnya dari konsep mateamtika tersebut.
Contoh 1
8 adalah jumlah bilanga prima dari 3 dan 7
24 adalah jumlah bilangan prima 7 dan 17
50 adal jumlah bilangan prima dari 13 dan 37, dan setrusnya
Dengan menggeneralisasi contoh-contoh akan didapat pola atau hubungannya, sehingga sampailah pada keyakinan kebenaran pernyataan : setelah bilangan genap lebih besar dari dua dapat dinyatakan sebagi jumlah dari bilangan prima.
Metode yang diatas merupakan cara induktif, namun kegiatn ini merupakan langakah awal untuk menenmukan konsep-konsep matematika, artinya kita perlu hati-hati karena kebenaran dengan cara demikian hanyalah kebenrannya yang bersifat kemungkinan. Sedangkan lagnkaf berikutnya adalah menguji kebenarannya secara deduktif supaya generalisasinya dapat diterima dalam matematika.

4.       Matematika sebagai Bahasa, Seni dan Ratunya Ilmu

Matematika merupakan bahasa internasional, setiap jenjang pendidikan di negara-negara pasti mengerti apa yang dimaksud dengan 3 + 6 = 9. Bahasa matematika ini untuk siapa saja dan dimana saja pasti akan memiliki penegrtian yang sama. Jadi bahasa matematika merupakan bahasa yang unversal berlaku secara umum yang sudah disepakati secara internasional bagi mereka yang mempelajari matematika. Selain itu matematika juga banyak menggunakan simbol ∞√∫÷∑⃰, simbol-simbol ini padat sekali, yang artinta simbol ditulis secara singkat namun memepunyai makna yang sangat luas.
Kenapa matematika itu adalh seni? Dalam seni terlihat unsur-unsur keindahan, keteratutran dan keterururtan. Dalam matematika memeiliki unsur-unsur keteraturan, keterururtan dan ketetetapan (konsisten) seperti halnya seni,indah dipandang dan diresapi.
Matematika adalah Ratunya Ilmu, artinya bahwa matematika adalh bahasa yang tidak tergantung pada bidang studi lain yang menggunakan simbol dan istilah yang cermat ya ng disepakati secara unversal sehingga mudah dipahami.
Ada pula buku yang mengatakan bahwa  Matematika sebagai ratu ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Banyak sekali cabang ilmu pengetahuanyang pengembangan teori-teorinya didasarkan pada pengembangan konsep matematika. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari fisika dan kimia (modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep kalkulus, khususnya tentang persamaan differensial. Contoh lain, teori ekonomi mengenai permintaan dan penawaran yang dikembangkan melalui konsep fungsi dan kalkulus tentang differensial dan integral. Dari kedudukan matematika sebagai pelayan ilmu pengetahuan, tersirat bahwa matematika sebagai suatu ilmu yang berfungsi pula untuk melayani ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu dan sebagai penyedia jasa layanan untuk pengembangan ilmu-ilmu yang lain pula. (Erman Suherman, dkk, 2001:29)


B.     HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN ALAM

IPA adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. Jadi disini metodenyalah yang menentukan pakah pangethuannya itu ilmiah atau tidak. Atau dengan kata lain metode ilmiah merupakan ciri khusus yang dapat dijadikan identitas dari IPA.
Kita ambil kutipan dari para ahli, pertama pendapat dari Nash, L.K dalam bukunya The Nature of Natural Science. Ia mengatakan bahwa “Science is a way of looking the world” di sini sains atau IPA dipandang sebagi suatau cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Namun kata Nash selanjutnya cara memandang sains terhadap sesuatu itu berbeda dengan car memandang seorang filosof misalnya. Yang perlu digaris bawahi dari pendapat Nash ini adalah bahwa IPA dipandang sebagai suatu cara/suatu pola berpikir tehadap sasaran dengan seksama,cermat dan lengkap.
Kita tinjau lagi buku karangan J.D. Bernal berjudul “Science in History” didalam bukunya Benal mengatakan bahwa untuk menjawab pertanyaan “apa manfaat dan arti dari IPA”  itu jwabannya sangat berbeda-beda baik menurut kurun waktunya maupun dari siapa jawaban itu datang. Sejarah sains itu dahulu artinya adalah pengetahuan, atau pengetahuan umum yang berisi apa saja yang diketahui manusia.
JD Bernal menyarankan untuk memahami sains atau IPA haruslah melalui pemahaman dari berbagai segi. Ia menonjolkan 5 aspek yaitu IPA dipandang: (1) sebagai suatu institusi, (2) sebagai suatu metode, (3) sebagai suatu kumpulan pengetahuan,(4) sebagai suatu faktor utama dalam memelihara dan mengembangkan produksi, dan (5) sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan dan sikap  manusia terhadap alam semesta dan manusia.
Menurut Ernest Nagel dalam buku karangannya yang berjudul “Philosophy of science Today” IPA dilihat dari tiga aspek yaitu :
(1)     Aspek tujuan, IPA adalah sebagai alat untuk menguasai alam, dan untuk memberikan sumbangan kepada kesejahteraan umat manusia.
(2)     IPA dapat dilihat sebagai suatu pengetahuan tang sistematik dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
(3)     Sains dapat dilihat sebagi suatu metode. Metode sains merupakan suatu perangkat aturan-aturan untuk memecahkan masalah, untu mendapatkan atau menegtahui penyebab dari suatu kejadian dan untk mendapatkan hukum-hukum ataupun teori-teori dari objek yang diamati.
Pengertian IPA menurut beberapa ahli sebagai berikut:
1.      James B. Conant,
  mendeskripsikan IPA sebagai rangkaian konsep dan pola konseptual yang saling berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi. Hasil-hasil eksperimen dan observasi yang diperoleh sebelumnya menjadi bekal bagi eksperimen dan observasi selanjutnya, sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan tersebut untuk terus berkembang.

2.      Carin & Sound (1989)
 IPA  adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.

3.      Abruscato (1996)
 dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science” mendefinisikan tentang IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta.

4.      The Harper Encyclopedia of Science
  mendefinsikan IPA sebagai suatu pengetahuan dan pendapat yang tersusun dan didukung secara sistematis oleh bukti-bukti yang dapat diamati.

Dari semua itu yang menonjol atau paling sering disebut dalam berbagai pustaka adalah dua hal saja yaitu bahwa IPA dapat dilihat dari dua dimensi yang pertama IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan ilmiah yang disusun secara logis dan sistematis; yang kedua IPA dapat dilihat dari segi proses atau metodologi untuk mendapatkan IPA itu. 

C.    NILAI-NILAI ILMU PENGETAHUAN ALAM
a.      Nilai-nilai sosial dari IPA
1.      Nilai etik dan estetika dari IPA
Ilmu pengetahuan alam baik sebagai suatu kumpulan penegtahuan ilmiah maupun sebagai suatu proses untuk mendapatkan ilmu itu sendiri, mempunyai nilai-nilai itu terutama terletak pada sistem yang menetapkan “kebenaran yang objektif” pada tempat yang paling utama.  
Adakah keindahan pada IPA yang objektif dan rasional itu? Alam semesta dengan segala isinya ini memang disusun sedemikian teratur  dan indah sekali oleh Sang Maha Pencipta. Lihatlah susuna galaksi, tata surya sampai susunan bagian dalam dari atom-atom demikian teratur dan serasi dengan kaidah-kaidhnya yang akurat. Adapun IPA itu sebenarnya sekedar mendeskripsikan saja keadaan tersebut. Dengan demikian tentu saja IPA memiliki nilai-nilai keindahan tersebut, namun bila hal itu tak terjadi maka hasil pengamatan kita lah yang keliru.
2.      Nilai moral humaniora dari IPA
Aplikasi  IPA dapat diketahui melalui penelusuran sejarahnya dan pengungkapan peranan IPA dalam meneingkatkan kesejhteraan manusia.
Pengaruhnya telah terasa dalam bidang kesehatan, sandang, pangan, komunikasi, dan industri. Yang ingin diungkapkan dalam hal ini adalah nilai moral terutama karena nilai IPA kecuali mempunyai tujuan mulia untuk kemanusiaan itu juga dapat disalahgunakan untuk hal-hal sebaliknya. Misalnya saja pada rekayasa genetika, pembuatan senjata pemusnah seperti bom hidrogen.
Jadi singkatnya nilai-nilai moral/humaniora dari IPA nampaknya dua muka yang berlawanan arah. Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan yang luhur sedang muka lain menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat melenyapkan nilai-nilai luhur namun dapat melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
Namun yang sudah kita ketahui bahwa IPA adlah teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusia yang berada di belakangnya.
3.      Nilai ekonomi dari IPA
Seorang ahli IPA yang talah menemukan sesuatu tidak dapat dikatakan dengan tegas  mempunyai nilai ekonomi,  karena nilai ekonomi yang mereka dapatkan tidak secara langsung. Hal itu baru menjadi kenyataan bila temuaan itu dapat digunakan untuk memproduksi sesuatau yang bermanfaat bagi manusia.

b.      Nilai –nilai psikologis/paedagogis IPA
1.      Sikap mencintai kebenaran
Mereka yang selalu terlbat dalam proses IPA diharapkan memndapatkan imbas atau dampak positif berupa sikap ilmiah.Sikap mencintai kebenaran itu dapat mendorong manusia untuk berlaku jujur dan objektif.
2.      Sikap tidak purbasangka
IPA membimbing kita untuk tidak berpkir secara prasangka. Kita boleh saja mengadakan dugaan yang masuk akal (hipotesis) asal dugaan itu diuji kebenarannya sesuai dengan kenyataannya atau tidak, baru menetapkan kesimpulan.
3.      Sadar bahwa kebenaran ilmu yang diciptakan oleh manusia itu tidak pernah mutlak.
Atas kesadarannya bahwa kesimpulan yang ia dapat hanya berlaku untuk sementara atau menyadari bahwa pengethuan yang ia dapat itu baru sebagian yang bisa dicapai, maka hal ini akan menjadikan orang itu bersikap rendah hati dan tidak sombong.
4.      Yakin akan adanya tatanan alami yang teratur dalm alam semesta ini
Dengan memepelajari tentang hubungan anatar gejala alam dan mendapatkan adanya kaidah-kaidah atau hukum-hukum alam ternyata begitu konsisten aturan-aturannya sehingga orang akan menyadari bahwa alam semesta ini telah ditata dengan snagat teratur. Hal ini akan memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan ketakwaan kaepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah mengatur alam semesta ini.
5.      Bersikap toleran atau dapat menghargai pendaat orang lain
Menyadari bahwa pengetahuan yang ia miliki bersifat tidak mutlak sempurna maka ia dapat menghargai pendapat orang lain yang ternyata lebih menegtahuinya atau lebih sempurna  untuk memperbaiki,melengkapi maupun meningkatkan kepercayaannya.
6.      Bersikap tidak putus asa
Orang-orang yang berkecimpung dalam IPA, sebenarnya  mereka itu sedang menggali atau mencari kebenaran. Merek akan bahagia bila mendapatka kebenran yang merka yakini itu. Oleh karena itu mereka tidak pernah putus asa dan selalu berusaha untuk mencari kebenaran itu ealaupun seringkali tidak memperoleh apa-apa.
7.      Sikap teliti dan hati-hati
Metode ilmiah memang perlu dailksanakan dengan cara seksama baik dalam rasionalnya,eksperimentasi maupun dalam mengambil kesimpulan, sesuatu yang dilakukan terus menerus akan mendorong seorang ilmuan memiliki sifat-sifat yag baik yaitu teliti dalm melakukan serta hati-hati dalm mengambil kesimpulan ataupun menegluarkan pendapatnya.
8.      Sikap corius dan atau ingin tahu
Rasa ingin tahu merupakan titik tolak dari pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Dari pengetahuan timbullah ilmu pengethuan. Para ilmuan ataupun mereka yang sering berkecimpung dalam  bidang IPA akan didorong untukingin tahu lebih banyak, karena ilmu pengetahuan itu sistem yang utuh sehingga pengetahuan yang asatu akan menunjang untuk mudah memahami memahami yang lain.
9.      Sikap optimis
Ilmuan IPA selalu optimis , karena mereka sudah terbiasa dengan suatu eksperimentasi yang tak selalu menghasilkan yang mereka harapkan, namun keberhasilan yang mereka dapatkan akan memberikan imbalan kebahagiaan yang tak ternilai dengan uang. Oleh karena itu ilmuan IPA berpendirian bahwa segala sesuatu itu tidaklah ada yang tidak mungkin dikerjakan, begitulah pemikiran seorang ilmuan.

c.       Keterbatasan IPA
 Seperti yang telah kita ketahui bahwa IPA memang membatasi diri pada hal-hal yang bersifat konkret atau nyata. Oleh karena itu maka jelaslah banyak hal yang bersifat konsepsi yang abstrak sifatnya tidak terjangkau oleh IPA. Hal-hal semacam itu anatara lain :
1.      IPA tidak dapat menjangkau untuk menguji kebenaran adanya Tuhan. Tuhan itu merupakan bagian dari perikehidupan kita sehari-hari. Kita mengenal adanya tuhan dari ajaran agama yang memiliki metode sendiri untuk menguji kebenaran ajarannya.  Tentang hubungan IPA dengan  adanya Tuhan ini ada suatu pernyataan yang menarik dari A.T. Bawden(1957) dalam bukunya Man’s physical Univers, ia mengatakan antara lain:
Otak kita itu mampu membuat kesimpulan tentang nilai-nilai, tentang adanya Tuhan, tetang adanya kehidupan yang abadi dan sebagainya, namun IPA pada saat ini belum memiliki cara untuk menguji kebenarannya. Ini tidak berarti bahwa ada masalah-masalah rahasia yang IPA tak berani menyentuhnya lalu membiarkannya seperti apa adanya, tetap tinggal di luar kawasan IPA untuk selamanya. Ini sebenarnya berarti bahwa banyak kesimpulan penting dari umat manusia harus diterima atas dasar percaya sampai dinding tebal dari kebodohan dapat terkuakkan.
2.      IPA tidak dapat menjangkau secara sempurna tentang objek pengamatannya. Apakah sasaran atau objek pengamatan IPA yang konkret itu mampu diamatinya dengan sempurna? Jawabannya adalah tidak. Hal ini disebabkan oleh karena pengamatan itu menggunakan panca indera manusia yang memang terbatas kemampuannya. Pada hakekatnya kemampuan penginderaan manusia itu serba terbatas walaupun dapat dibantu oleh alat pembantu sekalipun. Karena alat bantu yang dibuat manusia itupun tetap mempunyai keterbatasan kemampuan.
3.      IPA tidak menjangkau masalah etika(tata krama) yang mempermasalahkan tingkah laku baik atau buruk. Juga tidak menjangkau masalah estetika yang berhubungan dengan keindahan. Juga tidak mungkin tentang sistem nilai. Hal ini disebabkan karena itu semua mengandung unsur subjektivitas yang sangat tinggi sedangkan tolok ukur IPA adalah objektivitas. Etika dan sebagainya itu juga mengandung unsur dalam bidang afektif yaitu unsur perasaan yang timbul dalam lubuk hati, sedangkan IPA mengandalkan ratio atau pemikiran serta pengamatan yang objektive dan sengaja membuang unsur perasaan itu. Dengan demikian alat ukur dari metode ilmiah tidak valid untuk menguji kebenaran etika dan sebagainya. Demikianlah sebagai gambaran tentang keterbatasan IPA yang memang tak mencakup semua aspek dalam kehidupan ini.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Metematika merupakan ilmu deduktif hal ini dikarenakan dalam matematika tidak menerima generalisasi yang berdasarkan pada observasi, eksperimen, coba-coba(induktif), seperti halnya ilmu pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan umumnya. Kebenaran msgeneralisasi matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif. Sedangkan pengertian sains atau IPA ternyata mengalami perkembangan dari zaman ke zaman yang pada mulanya sains merupakan pengetahuan biasa yang lambta laun pengertiannya berubah menjadi pngetahuan yang rasional lepas dari tahayul dan kepercayaan seperti pada zaman yunani kemudian berkembang menjadi pengetahuan yang didapat dari metode ilmiah. IPA disebut juga sebagai institusi, kumpulan pengetahuan ilmiah yang telah disusun secara logis dan sistematis, suatu metode yang memepunyai metode tertentu, suatu alat untuk menguasai dan memelihara alam serta mengembangkan  produksi guna kesejahteraan manusia dan juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan pola piikir dan sikap manusia terhadap alam semesta.

            Ilmu pengetahuan alam mempunyai nilai etik yang luhur karena ia menempatkan kebenaran yang objektif pada tempat yang paling utama. IPA mempunyai sifat terbatas karena memang membatasi diri pada objek-objek alam semesta yang nyata.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates