BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Pengetahuan adalah suatu bentuk wawasan
yang tidak membutuhkan bukti akan kebenarannya. Sebagai contoh dalam kehidupan
sehari-hari bahwa bagaimana cara memasak merupakan bentuk dari pengetahuan
kita, sedangkan ilmu pengetahuan adalah suatu wawasan atau pengetahuan yang
memerlukan bukti secara ilmiah. Contoh dari ilmu pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari adalah bagaimana cara pembutan mikroskop. Pembutan mikroskop ini
membutuhkan penelitian secara ilmiah. ilmu pengetahuan ini dibedakan menjadi
dua yaitu ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Ilmu pengetahuan
alam adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala yang ada di alam. Dalam
pembahasan ini kita akan membahas matematika dan ilmu pengetahuan alam yang
keduanya sering disebut dengan nama MIPA. Matematika dan IPA merupakan ilmu
dasar yang mempunyai keterikatan sangat erat. Hal ini dikarenakan IPA tidak
akan berkembang tanpa adanya matematika begitu pula sebaliknya. Matematika dan
IPA berperan penting dalam memajukan dunia teknologi. MIPA dalam kehidupan
memiliki dampak yang baik dan buruk. Oleh karena itu sebagai manusia kita harus
mengetahui hakekat MIPA yang baik agar tidak terjadi penyalahan dalam praktek
MIPA di dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT
MATEMATIKA
1. Pengertian
Matematika
Istilah Matematika berasal dari
bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata
matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang
artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi. (Nasution, 1980: )
Kata matematika berasal dari perkataan latin matematika yang mulanya
diambil dari perkataan yunani mathematike
yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan dan
ilmu (knowledge, science). Kata matheimatike
berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau
mathenein yang artinya belajar
(berpikir).
Di
antara para ahli matematika belum ada kesepakatan yang bulat untuk memberikan
jawaban tentang definisi matematika. Meskipun demikian, kita akan mencoba
melihat beberapa pandangan para ahali matematika menegenai matematika itu dan
sekaligus tentang telaahan dari matematika itu sendiri. Hal ini akan memberikan
gambaran tentang hakekat matematika termasuk cara pencarian kebenaran dan cara
berpikir matemetik.
Menurut kline (1973):
bahwa matematika itu bukan pengetahuan yang
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu
untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,
ekonomi dan alam.
Menurut Jhonson dan Rising (1972):
matematika adalah pola
berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika itu adalah
bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas
dan akurat, representasinya adalah dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa
simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi; matematika adalah pengetahuan
struktur yang terorganisasikan, sifat-sifat atau teori-teori itu dianut secara
deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur
yang didefinisikan atau tidak, aksioma-aksioma, sifat-sifat atau teori-teori
yang telah dibuktikan kebenarannya;matematika adalah ilmu tentang pola,
keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya
terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya. Jadi jelas, bahwa matematika
adalah ilmu deduktif.
Menurut Abraham
S Lunchins dan Edith N Luchins (Erman Suherman, 2001)
menyebutkan bahwa,
matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana
pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa
sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.
Menurut Mustafa
(Tri Wijayanti, 2011):
menyebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang
kuantitas, bentuk, susunan, dan ukuran, yang utama adalah metode dan proses
untuk menemukan dengan konsep yang tepat dan lambang yang konsisten, sifat dan
hubungan antara jumlah dan ukuran, baik secara abstrak, matematika murni atau
dalam keterkaitan manfaat pada matematika terapan.
Menurut
Elea Tinggih (Erman Suherman, 2001):
matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh
dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak
melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas
dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil
observasi atau eksperiment disamping penalaran.
Menurut
James dan James (Erman Suherman, 2001):
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan jumlah. yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu
aljabar, analisis, dan geometri. Namun ada pula kelompok lain yang beranggapan
bahwa matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu sendiri.
Ilmu adalah untuk ilmu, dan matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk
kepentingan sendiri. Matematika adalah ilmu tentang struktur yang bersifat
deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, dan ketat.
Menurut
Asep Jihad (Destiana Vidya Prastiwi, 2011: 33-34):
dapat diidentifikasi bahwa matematika jelas berbeda
dengan mata pelajaran lain dalam beberapa hal berikut, yaitu :
a.objek
pembicaraannya abstrak, sekalipun dalam pengajaran di sekolah anak diajarkan benda
kongkrit, siswa tetap didorong untuk melakukan abstraksi;
b.pembahasan
mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa pengertian dibuat sekoefisien
mungkin, pengertian lain harus dijelaskankebenarannya dengan tata nalar yang
logis;
c.pengertian/konsep
atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehingga terjaga konsistennya;
d.
melibatkan perhitungan (operasi);
e.dapat
dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat.
1.
Matematika adalah ilmu tentang struktur
Suatu kebenaran
dalam matematika dikembangkan berdasarkan alasan logis. Namun cara kerja matematika terdiri dari observasi, menebak
dan merasa., menguji hipotesa, mencari analogi, dan sebagainya. Matematika
dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan berkembang ke unsur-unsur
pendidikan terus ke aksioma atau postulat sampai ke dalil-dalil.
Unsur-unsur yang
tidak didefinisikan merupakan unsur dasar dalam komunikasi matematika, misalnya
titik, bidang, himpunan, elemen, bilangan dan sebagainya. Unsur-unsur yang
tidak di definisikan ini eksistensinya diakui ada, tetapi susah untuk dapat
dinyatakan dengan suatu kalimat yang tepat, karena unsurnya yang tidak
didefinisikan ini kadang-kadang disebut unsur primitif (undefined). Tanpa
adanya pemikiran semacam ini matematika tidak akan terwujud.
Dari unsur-unsur
yang tidak didefinisikan dapat dikembangkan menjadi unsur-unsur lainnya yang
dapat didefinisikan, dan unsur ini terbentuk jelas karena adanya unsur-unsur
yang tak didefinisikan.
Dari unsur-unsur
yang tidak didefiniskan, unsur-unsur yang didefinisikan dan aksioma-aksioma
terbentuklah dalil-dalil atau teori-teori yang kebenarannya berlaku secara umum
dan kebenarannya tersebut dapat dibuktikan secara deduktif. Jadi jelas bahwa
walaupun matematika itu disusun, berkembang dan ditemukan secara induktif dari
observasi, coba-coba, eksperimen, dan sebaginya, namun begitu pola atau dalil
ditemukan maka kebenrannya harus dibuktikan secara umum atau secara deduktif.
Untuk lebih
jelasnya dapat kita lihat diagram berikut:
|
|
|
|
||||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||||||||
2. Matematika adalah ilmu Deduktif
Metode mencari
kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah metode deduktif, sedangkan oleh
ilmu pengetahuan ala adalh metode induktif atau eksperimen. Namun menacari
kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi setetrusnya
generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa dibuktikan secara
deduktif. Dalam matematika, suatu generalisasi,sifat,teori atau dalil itu belum
dapat diterima kebenarnnya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.
Sebagai contoh
dalam ilmu fisiska, bila dengan percobaannnya seseorang telah berhasil
menunjukkan kepada kita bahwa ketika ia mengambil sebatang logam kemudian
dipanaskan dan memuai, kemudian sebatang logam dipanskan dan memeuai lagi, dan
seterusnya. Mengambil contoh bebebrapa jenis logam lainnya dn ternyata selalu
memeuai jika dipanaskan, maka ia dapat membuat kesimpulan atau generalisasi setiap
logam yang dipaskan itu memuai. Generalisasi yang dibuat secara induktif itu
dalam ilmu fisika dibenarkan.
3.
Matematika adalah ilmu tentang Pola dan
Hubungan
Matematika
disebut ilmu tentang pola atau hubungan, karena dalam matematik akita sering
mencari keseragaman supaya generalisasinya dapt dibuat. Dalam mencari pola dan
hubungann itu kita perlu memperhatikan keteraturan,
keterururtan,keterkaitan(hubungannya), kecenderungannya
(menebak,menduga),sehingga kita dapatkan polanya atau modelnya dari konsep
mateamtika tersebut.
Contoh 1
8 adalah jumlah bilanga prima dari
3 dan 7
24 adalah jumlah bilangan prima 7
dan 17
50 adal jumlah bilangan prima dari
13 dan 37, dan setrusnya
Dengan menggeneralisasi
contoh-contoh akan didapat pola atau hubungannya, sehingga sampailah pada
keyakinan kebenaran pernyataan : setelah bilangan genap lebih besar dari dua
dapat dinyatakan sebagi jumlah dari bilangan prima.
Metode yang diatas
merupakan cara induktif, namun kegiatn ini merupakan langakah awal untuk
menenmukan konsep-konsep matematika, artinya kita perlu hati-hati karena
kebenaran dengan cara demikian hanyalah kebenrannya yang bersifat kemungkinan.
Sedangkan lagnkaf berikutnya adalah menguji kebenarannya secara deduktif supaya
generalisasinya dapat diterima dalam matematika.
4.
Matematika sebagai Bahasa, Seni dan Ratunya
Ilmu
Matematika
merupakan bahasa internasional, setiap jenjang pendidikan di negara-negara
pasti mengerti apa yang dimaksud dengan 3 + 6 = 9. Bahasa matematika ini untuk
siapa saja dan dimana saja pasti akan memiliki penegrtian yang sama. Jadi
bahasa matematika merupakan bahasa yang unversal berlaku secara umum yang sudah
disepakati secara internasional bagi mereka yang mempelajari matematika. Selain
itu matematika juga banyak menggunakan simbol ∞√∫÷∑⃰, simbol-simbol ini padat
sekali, yang artinta simbol ditulis secara singkat namun memepunyai makna yang
sangat luas.
Kenapa
matematika itu adalh seni? Dalam seni terlihat unsur-unsur keindahan,
keteratutran dan keterururtan. Dalam matematika memeiliki unsur-unsur
keteraturan, keterururtan dan ketetetapan (konsisten) seperti halnya seni,indah
dipandang dan diresapi.
Matematika
adalah Ratunya Ilmu, artinya bahwa matematika adalh bahasa yang tidak
tergantung pada bidang studi lain yang menggunakan simbol dan istilah yang
cermat ya ng disepakati secara unversal sehingga mudah dipahami.
Ada pula buku yang mengatakan bahwa Matematika sebagai ratu ilmu dimaksudkan bahwa
matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Banyak sekali cabang ilmu
pengetahuanyang pengembangan teori-teorinya didasarkan pada pengembangan konsep
matematika. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari fisika
dan kimia (modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep kalkulus,
khususnya tentang persamaan differensial. Contoh lain, teori ekonomi mengenai
permintaan dan penawaran yang dikembangkan melalui konsep fungsi dan kalkulus
tentang differensial dan integral. Dari kedudukan matematika sebagai pelayan
ilmu pengetahuan, tersirat bahwa matematika sebagai suatu ilmu yang berfungsi
pula untuk melayani ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa matematika tumbuh
dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu dan sebagai penyedia
jasa layanan untuk pengembangan ilmu-ilmu yang lain pula. (Erman Suherman, dkk,
2001:29)
B. HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN ALAM
IPA
adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. Jadi
disini metodenyalah yang menentukan pakah pangethuannya itu ilmiah atau tidak.
Atau dengan kata lain metode ilmiah merupakan ciri khusus yang dapat dijadikan
identitas dari IPA.
Kita ambil kutipan dari para ahli, pertama pendapat
dari Nash, L.K dalam bukunya The Nature
of Natural Science. Ia mengatakan bahwa “Science is a way of looking the
world” di sini sains atau IPA dipandang sebagi suatau cara atau metode untuk
dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Namun kata Nash
selanjutnya cara memandang sains terhadap sesuatu itu berbeda dengan car
memandang seorang filosof misalnya. Yang perlu digaris bawahi dari pendapat
Nash ini adalah bahwa IPA dipandang sebagai suatu cara/suatu pola berpikir
tehadap sasaran dengan seksama,cermat dan lengkap.
Kita tinjau lagi buku karangan J.D. Bernal berjudul
“Science in History” didalam bukunya
Benal mengatakan bahwa untuk menjawab pertanyaan “apa manfaat dan arti dari
IPA” itu jwabannya sangat berbeda-beda
baik menurut kurun waktunya maupun dari siapa jawaban itu datang. Sejarah sains
itu dahulu artinya adalah pengetahuan, atau pengetahuan umum yang berisi apa
saja yang diketahui manusia.
JD Bernal menyarankan untuk memahami sains atau IPA
haruslah melalui pemahaman dari berbagai segi. Ia menonjolkan 5 aspek yaitu IPA
dipandang: (1) sebagai suatu institusi, (2) sebagai suatu metode, (3) sebagai
suatu kumpulan pengetahuan,(4) sebagai suatu faktor utama dalam memelihara dan
mengembangkan produksi, dan (5) sebagai salah satu faktor utama yang
mempengaruhi kepercayaan dan sikap
manusia terhadap alam semesta dan manusia.
Menurut Ernest
Nagel dalam buku karangannya yang berjudul “Philosophy
of science Today” IPA dilihat dari tiga aspek yaitu :
(1) Aspek
tujuan, IPA adalah sebagai alat untuk menguasai alam, dan untuk memberikan
sumbangan kepada kesejahteraan umat manusia.
(2) IPA
dapat dilihat sebagai suatu pengetahuan tang sistematik dan tangguh dalam arti
merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
(3) Sains
dapat dilihat sebagi suatu metode. Metode sains merupakan suatu perangkat
aturan-aturan untuk memecahkan masalah, untu mendapatkan atau menegtahui
penyebab dari suatu kejadian dan untk mendapatkan hukum-hukum ataupun teori-teori
dari objek yang diamati.
Pengertian
IPA menurut beberapa ahli sebagai berikut:
1.
James B.
Conant,
mendeskripsikan IPA sebagai rangkaian konsep dan pola konseptual yang saling
berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi. Hasil-hasil eksperimen
dan observasi yang diperoleh sebelumnya menjadi bekal bagi eksperimen dan
observasi selanjutnya, sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan tersebut untuk
terus berkembang.
2.
Carin
& Sound (1989)
IPA adalah suatu sistem untuk memahami alam
semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.
3.
Abruscato (1996)
dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science”
mendefinisikan tentang IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian
proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan
alam semesta.
4.
The
Harper Encyclopedia of Science
mendefinsikan IPA sebagai suatu pengetahuan dan pendapat yang tersusun dan
didukung secara sistematis oleh bukti-bukti yang dapat diamati.
Dari
semua itu yang menonjol atau paling sering disebut dalam berbagai pustaka
adalah dua hal saja yaitu bahwa IPA dapat dilihat dari dua dimensi yang pertama
IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan ilmiah yang disusun secara logis dan
sistematis; yang kedua IPA dapat dilihat dari segi proses atau metodologi untuk
mendapatkan IPA itu.
C.
NILAI-NILAI
ILMU PENGETAHUAN ALAM
a.
Nilai-nilai
sosial dari IPA
1. Nilai
etik dan estetika dari IPA
Ilmu pengetahuan alam
baik sebagai suatu kumpulan penegtahuan ilmiah maupun sebagai suatu proses
untuk mendapatkan ilmu itu sendiri, mempunyai nilai-nilai itu terutama terletak
pada sistem yang menetapkan “kebenaran
yang objektif” pada tempat yang paling utama.
Adakah keindahan pada
IPA yang objektif dan rasional itu? Alam semesta dengan segala isinya ini
memang disusun sedemikian teratur dan
indah sekali oleh Sang Maha Pencipta. Lihatlah susuna galaksi, tata surya
sampai susunan bagian dalam dari atom-atom demikian teratur dan serasi dengan
kaidah-kaidhnya yang akurat. Adapun IPA itu sebenarnya sekedar mendeskripsikan
saja keadaan tersebut. Dengan demikian tentu saja IPA memiliki nilai-nilai
keindahan tersebut, namun bila hal itu tak terjadi maka hasil pengamatan kita
lah yang keliru.
2.
Nilai moral humaniora dari IPA
Aplikasi IPA dapat diketahui melalui penelusuran
sejarahnya dan pengungkapan peranan IPA dalam meneingkatkan kesejhteraan
manusia.
Pengaruhnya telah
terasa dalam bidang kesehatan, sandang, pangan, komunikasi, dan industri. Yang
ingin diungkapkan dalam hal ini adalah nilai moral terutama karena nilai IPA
kecuali mempunyai tujuan mulia untuk kemanusiaan itu juga dapat disalahgunakan
untuk hal-hal sebaliknya. Misalnya saja pada rekayasa genetika, pembuatan
senjata pemusnah seperti bom hidrogen.
Jadi singkatnya
nilai-nilai moral/humaniora dari IPA nampaknya dua muka yang berlawanan arah.
Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan yang luhur sedang muka lain
menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat melenyapkan nilai-nilai
luhur namun dapat melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
Namun yang sudah kita
ketahui bahwa IPA adlah teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari
manusia yang berada di belakangnya.
3.
Nilai ekonomi dari IPA
Seorang
ahli IPA yang talah menemukan sesuatu tidak dapat dikatakan dengan tegas mempunyai nilai ekonomi, karena nilai ekonomi yang mereka dapatkan
tidak secara langsung. Hal itu baru menjadi kenyataan bila temuaan itu dapat
digunakan untuk memproduksi sesuatau yang bermanfaat bagi manusia.
b.
Nilai
–nilai psikologis/paedagogis IPA
1. Sikap
mencintai kebenaran
Mereka
yang selalu terlbat dalam proses IPA diharapkan memndapatkan imbas atau dampak
positif berupa sikap ilmiah.Sikap mencintai kebenaran itu dapat mendorong
manusia untuk berlaku jujur dan objektif.
2. Sikap
tidak purbasangka
IPA
membimbing kita untuk tidak berpkir secara prasangka. Kita boleh saja
mengadakan dugaan yang masuk akal (hipotesis) asal dugaan itu diuji
kebenarannya sesuai dengan kenyataannya atau tidak, baru menetapkan kesimpulan.
3. Sadar
bahwa kebenaran ilmu yang diciptakan oleh manusia itu tidak pernah mutlak.
Atas
kesadarannya bahwa kesimpulan yang ia dapat hanya berlaku untuk sementara atau
menyadari bahwa pengethuan yang ia dapat itu baru sebagian yang bisa dicapai,
maka hal ini akan menjadikan orang itu bersikap rendah hati dan tidak sombong.
4. Yakin
akan adanya tatanan alami yang teratur dalm alam semesta ini
Dengan
memepelajari tentang hubungan anatar gejala alam dan mendapatkan adanya
kaidah-kaidah atau hukum-hukum alam ternyata begitu konsisten aturan-aturannya
sehingga orang akan menyadari bahwa alam semesta ini telah ditata dengan snagat
teratur. Hal ini akan memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan ketakwaan
kaepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah mengatur alam semesta ini.
5. Bersikap
toleran atau dapat menghargai pendaat orang lain
Menyadari
bahwa pengetahuan yang ia miliki bersifat tidak mutlak sempurna maka ia dapat
menghargai pendapat orang lain yang ternyata lebih menegtahuinya atau lebih
sempurna untuk memperbaiki,melengkapi
maupun meningkatkan kepercayaannya.
6. Bersikap
tidak putus asa
Orang-orang
yang berkecimpung dalam IPA, sebenarnya
mereka itu sedang menggali atau mencari kebenaran. Merek akan bahagia
bila mendapatka kebenran yang merka yakini itu. Oleh karena itu mereka tidak
pernah putus asa dan selalu berusaha untuk mencari kebenaran itu ealaupun
seringkali tidak memperoleh apa-apa.
7. Sikap
teliti dan hati-hati
Metode
ilmiah memang perlu dailksanakan dengan cara seksama baik dalam rasionalnya,eksperimentasi
maupun dalam mengambil kesimpulan, sesuatu yang dilakukan terus menerus akan
mendorong seorang ilmuan memiliki sifat-sifat yag baik yaitu teliti dalm
melakukan serta hati-hati dalm mengambil kesimpulan ataupun menegluarkan
pendapatnya.
8. Sikap
corius dan atau ingin tahu
Rasa
ingin tahu merupakan titik tolak dari pengetahuan yang dimiliki oleh manusia.
Dari pengetahuan timbullah ilmu pengethuan. Para ilmuan ataupun mereka yang
sering berkecimpung dalam bidang IPA
akan didorong untukingin tahu lebih banyak, karena ilmu pengetahuan itu sistem
yang utuh sehingga pengetahuan yang asatu akan menunjang untuk mudah memahami
memahami yang lain.
9. Sikap
optimis
Ilmuan
IPA selalu optimis , karena mereka sudah terbiasa dengan suatu eksperimentasi
yang tak selalu menghasilkan yang mereka harapkan, namun keberhasilan yang
mereka dapatkan akan memberikan imbalan kebahagiaan yang tak ternilai dengan
uang. Oleh karena itu ilmuan IPA berpendirian bahwa segala sesuatu itu tidaklah
ada yang tidak mungkin dikerjakan, begitulah pemikiran seorang ilmuan.
c.
Keterbatasan
IPA
Seperti yang telah kita ketahui bahwa IPA memang
membatasi diri pada hal-hal yang bersifat konkret atau nyata. Oleh karena itu
maka jelaslah banyak hal yang bersifat konsepsi yang abstrak sifatnya tidak
terjangkau oleh IPA. Hal-hal semacam itu anatara lain :
1.
IPA tidak dapat menjangkau untuk menguji
kebenaran adanya Tuhan. Tuhan itu merupakan bagian dari perikehidupan kita
sehari-hari. Kita mengenal adanya tuhan dari ajaran agama yang memiliki metode
sendiri untuk menguji kebenaran ajarannya.
Tentang hubungan IPA dengan adanya
Tuhan ini ada suatu pernyataan yang menarik dari A.T. Bawden(1957) dalam
bukunya Man’s physical Univers, ia mengatakan antara lain:
Otak kita itu mampu membuat kesimpulan
tentang nilai-nilai, tentang adanya Tuhan, tetang adanya kehidupan yang abadi
dan sebagainya, namun IPA pada saat ini belum memiliki cara untuk menguji
kebenarannya. Ini tidak berarti bahwa ada masalah-masalah rahasia yang IPA tak
berani menyentuhnya lalu membiarkannya seperti apa adanya, tetap tinggal di
luar kawasan IPA untuk selamanya. Ini sebenarnya berarti bahwa banyak
kesimpulan penting dari umat manusia harus diterima atas dasar percaya sampai
dinding tebal dari kebodohan dapat terkuakkan.
2.
IPA tidak dapat menjangkau secara
sempurna tentang objek pengamatannya. Apakah sasaran atau objek pengamatan IPA
yang konkret itu mampu diamatinya dengan sempurna? Jawabannya adalah tidak. Hal
ini disebabkan oleh karena pengamatan itu menggunakan panca indera manusia yang
memang terbatas kemampuannya. Pada hakekatnya kemampuan penginderaan manusia
itu serba terbatas walaupun dapat dibantu oleh alat pembantu sekalipun. Karena
alat bantu yang dibuat manusia itupun tetap mempunyai keterbatasan kemampuan.
3.
IPA tidak menjangkau masalah etika(tata
krama) yang mempermasalahkan tingkah laku baik atau buruk. Juga tidak
menjangkau masalah estetika yang berhubungan dengan keindahan. Juga tidak
mungkin tentang sistem nilai. Hal ini disebabkan karena itu semua mengandung
unsur subjektivitas yang sangat tinggi sedangkan tolok ukur IPA adalah objektivitas.
Etika dan sebagainya itu juga mengandung unsur dalam bidang afektif yaitu unsur
perasaan yang timbul dalam lubuk hati, sedangkan IPA mengandalkan ratio atau
pemikiran serta pengamatan yang objektive dan sengaja membuang unsur perasaan
itu. Dengan demikian alat ukur dari metode ilmiah tidak valid untuk menguji
kebenaran etika dan sebagainya. Demikianlah sebagai gambaran tentang
keterbatasan IPA yang memang tak mencakup semua aspek dalam kehidupan ini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Metematika merupakan ilmu deduktif
hal ini dikarenakan dalam matematika tidak menerima generalisasi yang
berdasarkan pada observasi, eksperimen, coba-coba(induktif), seperti halnya
ilmu pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan umumnya. Kebenaran
msgeneralisasi matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif. Sedangkan
pengertian sains atau IPA ternyata mengalami perkembangan dari zaman ke zaman
yang pada mulanya sains merupakan pengetahuan biasa yang lambta laun
pengertiannya berubah menjadi pngetahuan yang rasional lepas dari tahayul dan
kepercayaan seperti pada zaman yunani kemudian berkembang menjadi pengetahuan
yang didapat dari metode ilmiah. IPA disebut juga sebagai institusi, kumpulan
pengetahuan ilmiah yang telah disusun secara logis dan sistematis, suatu metode
yang memepunyai metode tertentu, suatu alat untuk menguasai dan memelihara alam
serta mengembangkan produksi guna
kesejahteraan manusia dan juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kepercayaan pola piikir dan sikap manusia terhadap alam semesta.
Ilmu pengetahuan alam mempunyai
nilai etik yang luhur karena ia menempatkan kebenaran yang objektif pada tempat
yang paling utama. IPA mempunyai sifat terbatas karena memang membatasi diri
pada objek-objek alam semesta yang nyata.
0 komentar:
Posting Komentar